Minggu, 04 Mei 2014

Menolak takdir


Rezky wachyuni

Titik butir menggemuruh menggunung bergulir
Jiwa-jiwa yang bertiup simphoni kesedihan
Dalam diam isakan terhirup dalam detik-detik kesengsaraan
Mengapa hidup begitu singkat ?
Raga yang tak lagi kuat menopang kisah temaram kelam
Sunyi dalam tangis yang menganga
Tawa dalam teriak menggelegar
Namun kepalsuan adalah topeng yang sempurna
Saat mereka yang kami peluk kau ambil dengan paksa
Saat jantung kami tak kuat mendengar duka
Saat hati kami teriris menerima duka
Saat nalar tak berlogika menghantar duka
Saat jiwa kami lelah menghadapi duka
Saat air mata menguap menenggelamkan duka
Saat senja patah akan roh-roh yang terbang
Doa-doa
Jampi-jampi
Bertarung, berlaga, berperang, menikam mata yang melotot pada takdir pedih
Kami muak dengan scenario ini
Seberapa banyak lagi duka yang akan kami telan
Bukan kami menyangkal takdir
Namun luka terlanjur perih
Namun saraf terlanjur mati
Namun logika terlanjur sesat
Namun hati terlanjur mati
Untuk sekedar memakai topeng kebohongan
Terlalu halus
Terlalu halus
Terlalu halus
Kawan
Untuk sekedar tersenyum keluh
Terlalu halus
Terlalu halus
Terlalu halus
kawan

0 komentar: