Sistem Pendidikan Integrasi
Pendidikan integrasi pertama
muncul dan berkembang di Amerika Serikat, yang lebih dikenal dengan mainstreaming.
Oleh karena itu yang mendasari munculnya konsep mainstreaming tidak
terlepas dari kondisi masyarakat Amerika Serikat.
Pendidikan
integrasi adalah pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebuthan
khusus untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang setara dengan anak yang
lainnya di sekolah umum.
Hanya
ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh anak berkebutuhan khusus, dalam
pendidikan integrasi anak-anak penyandang cacat yang mengikuti kelas khusus
atau sekolah khusus dipindah ke sekolah reguler ketika mereka dianggap siap
untuk mengikuti suatu kelas di sekolah reguler. Mereka dididik dalam seting
terpisah agar di kemudian hari dapat mengikuti pembelajaran di kelas reguler.
Penempatan mereka sering berdasarkan keberfungsiannya atau pengetahuannya tidak
berdasarkan usianya, sehingga ada kemungkinan anak berumur sembilan tahun duduk
di kelas satu sekolah reguler.
Adapun jenis
program pendidikan integrasi yaitu :
1. Integrasi
lokasi fisik; penyelenggaraan ini di mana ABK mendapatkan pelayanan khusus
dalam kelas/sekolah khusus dengan kurikulum PLB tetapi lokasi gedung berada
dalam satu areal dengan sekolah umum, atau dengan perkataan lain SLB dan
sekolah biasa menempati suatu lokasi yang sama, akan tetapi kurikulum dan
program pendidikannnya berbeda, sehingga kontak antara ABK dan anak normal
tidak diatur dan tidak dilakukan dengan suatu program tertentu. Namun kontak
antara anak normal dengan ABK dapat ditingkatkan dengan membuat perencanaan
yang baik dan matang, baik dalam penampungan maupun dalam penempatan ABK
tersebut, sehingga keterpaduan dapat berjalan lebih efektif.
2. Integrasi
dalam aspek sosial; dimaksudkan bahwa tidak semua kegiatan dalam proses belajar
mengajar melibatkan ABK, mereka dilibatkan dalam kegiatan tertentu saja,
misalnya dalam kegiatan bermain, berolah raga, bernyanyi, makan, rekreasi dan
sebagainya, sehingga dari segi kurikulum sebagian menggunakan kurikulum SLB dan
sebagian lagi menggunakan kurikulum sekolah umum. Hal ini terjadi mengingat
pertimbangan kondisi dan kemampuan ABK. Oleh karena itu program pendidikan ini
sering juga dikategorikan sebagai program pendidikan integrasi sebagian.
3. Integrasi
fungsional atau integrasi penuh; di dalam program ini termasuk integrasi lokasi
dan sosial, di mana ABK dan normal mengarah pada aktivitas bersama dalam
seluruh kegiatan atau proses belajar mengajar. Artinya mereka menggunakan
kurikulum yang sama, guru dan kelas yang sama pula. Integrasi jenis ini sering
disebut sebagai integrasi penuh. Dalam hal-hal tertentu ABK mendapat bimbingan
apabila mendapat kesulitan yang berkaitan dengan kecacatannya, seperti membaca,
menulis Braille, pemahaman geometri bagi anak tunanetra, bimbingan komunikasi
total atau bahasa isyarat bagi anak tunarungu, bina bicara dan fisio terapi
bagi anak tunadaksa dan sebagainya.
Kelebihan
pendidikan integrasi yaitu :
Dari sudut siswa :
1. Menumbuhkan
rasa kepedulian antara sesama anak tanpa memandang kondisi fisik.
2. Anak
menjadi lebih memahami cara menghargai teman.
3. Anak
berkebutuhan khusus menjadi tidak merasa dikucilkan di masyarakat karena
dipandang sejajar.
4. Anak
berkebutuhan khusus menjadi lebih terbuka dan mau menunjukkan kemampuannya
tanpa rasa malu atau takut dicemooh.
Dari sudut guru :
1. Guru
memahami hakikat perkembangan anak beserta hambatan dalam perkembangan anak.
2. Guru
memahami strategi mengajar yang efektif dalam menghadapi dua karakter anak
dalam hal ini karakter fisik dan psikologis.
3. Guru
memahami penanganan anak berkebutuhan khusus dengan penyamaan atau tanpa
penyamaan kurikulum.
Kelemahan
pendidikan integrasi :
Dari sudut siswa :
1. Sebagian
siswa menjadi sulit berinteraksi karena berbeda karakter dalam hal ini fisik
dan psikologis.
2. Sebagian
siswa menjadi terpengaruh akibat lingkungan yang bercampur
3. Siswa
yang memiliki tingkat intelegensia tertentu akan terhambat perkembangannya
akibat stimulus yang kurang tepat karena berada dalam stau lingkungan dengan
anak berkebutuhan khusus.
Dari sudut guru :
1. Guru
kesulitan memilih strategi mengajar yang efektif dan efisien bagi siswa dengan
karakter berbeda dalam hal ini fisik dan psikologi
2. Sebagian
guru akan kesulitan dalam meyesuaikan kebutuhan anak normal dan anak
berkebuthan khusus.
3. Sebagian
guru akan memusatkan perhatian pada anak brkebutuhan khusus sehingga anak
normal mendapatkan penanganan yang tidak meneyeluruh.
Sistem Pendidikan Segregasi
Sistem pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari sistem
pendidikan anak normal. Penyelengggaraan sistem pendidikan segregasi
dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk
anak normal.
Pendidikan segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk anak tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus (SLB) terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai satuan pendidikan khusus, maka sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya.
Pendidikan segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk anak tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus (SLB) terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai satuan pendidikan khusus, maka sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya.
Kelebihan pendidikan segregasi :
Dari sudut siswa :
1.
Siswa mendapatkan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan.
2.
Siswa yang memiliki
intelegensia tertentu dapat berkembang dengan baik karena tidak terpengaruh
dengan lingkungan khusus.
3.
Proses belajar siswa
menjadi terkhusus sesuai kebutuhan dalam hal ini normal dan anak berkebutuhan
khusus.
Dari sudut guru :
1.
Guru dengan mudah
menentukan strategi pembelajaran.
2.
Guru tidak kesulitan
dalam memusatkan perkembangan anak
3.
Guru dapat
memberikan stimulus yang tepat bagi anak.
Kelemahan pendidikan segregasi :
Dari sudut siswa :
1.
Siswa akan merasa
asing ketika bertemu dengan anak berkebutuhan khusus
2.
Sebagian siswa akan
sulit menghargai anak berkebutuhan khusus
3.
Siswa berkebutuhan
khusus ketika berhadapan dengan anak normal anak merasa malu dan takut bergaul
4.
Menimbulkan
ketimpangan sosial dalam diri anak
5.
Siswa sulit memahami
keadaan yang tidak sesuai dengan kondisinya.
6.
Aspek perkembangan
sosial emosi anak akan terbatas karena lingkungan pergaulan terbatas.
Dari sudut guru :
1.
Guru yang berada
pada sistem pendidikan umum akan kesulitan ketika harus berhadapan dengan anak
berkebutuhan khusus.
Sistem Pendidikan Inklusi
Sekolah Inklusif adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan
mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam program yang
sama, dari satu jalan untuk menyiapkan pendidikan bagi anak penyandang cacat
adalah pentingnya pendidikan Inklusif, tidak hanya memenuhi target pendidikan
untuk semua dan pendidikan dasar 9 tahun, akan tetapi lebih banyak
keuntungannya tidak hanya memenuhi hak-hak asasi manusia dan hak-hak anak
tetapi lebih penting lagi bagi kesejahteraan anak, karena pendidikan Inklusif
mulai dengan merealisasikan perubahan keyakinan masyarakat yang terkandung di
mana akan menjadi bagian dari keseluruhan, dengan demikian penyandang cacat
anak akan merasa tenang, percaya diri, merasa dihargai, dilindungi, disayangi,
bahagia dan bertanggung jawab. Inklusif terjadi pada semua lingkungan sosial
anak, Pada keluarga, pada kelompok teman sebaya, pada sekolah, pada
institusi-institusi kemasyarakatan lainnya.
Pendidikan inklusif merupakan sebuah pendekatan yng berusaha mentransformasi system pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh daam pendidikan.
Inklusif merupakan perubahan praktis yang memberi peluang anak dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda bias berhasil dalam beljar. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan anak yang sering tersisihkan, seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan orangtuanya, semua guru dan administrator sekolah, dan setiap anggota masyarakat. (LIRP buku 1).
Inklusif memang menikutsertakan anak berkelaian seperti anak yang memiliki kesulitan melihat atau mendengar, yang tidak dapat berjalan atau lebih lamban dalam belajar. Namun, secara luas inklusif juga berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali.
Pendidikan inklusif merupakan sebuah pendekatan yng berusaha mentransformasi system pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh daam pendidikan.
Inklusif merupakan perubahan praktis yang memberi peluang anak dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda bias berhasil dalam beljar. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan anak yang sering tersisihkan, seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan orangtuanya, semua guru dan administrator sekolah, dan setiap anggota masyarakat. (LIRP buku 1).
Inklusif memang menikutsertakan anak berkelaian seperti anak yang memiliki kesulitan melihat atau mendengar, yang tidak dapat berjalan atau lebih lamban dalam belajar. Namun, secara luas inklusif juga berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali.
Kelebihan pendidikan inklusi :
Dari sudut siswa :
1.
Siswa akan merasa
nyaman belejar karena merasa dihargai dan percaya diri dalam hal ini anak
berkebutuhan khusus.
2.
Siswa akan lebih
peka terhadap kehiduan sosial dengan memahami karakter siswa yang berkebutuhan
khusus.
3.
Siswa memiliki
keseimbangan emosi dan sosial.
Dari sudut guru :
1.
Guru akan memahami
karakter dan penanganan hambatan anak dalam belajar
2.
Guru lebih mudah
menemukan aspek sosial dan keseimbangan emosi anak untuk diidentifikasi
pencapaian afektif siswa
Kelemahan pendidikan inklusi :
Dari sudut siswa :
1.
Sebagian besar sama
dengan pendidikan integrasi hanya dalam pendidikan inklusi lebih sulit
menyamakan perkembangan anak normal dan anak berkebutuhan khusus sehingga
terjadi penurunan tingkat perkembangan anak normal.
Dari sudut guru :
Sebagain
besar sama dengan pendidikan integrasi hanya saja dalam pendidikan inklusi,
sulit memilih strategi pembelajaran yang tepat karena kurikulum dan pembauran
yang merata antara siswa normal dan anak berkebutuhan khusus.
0 komentar:
Posting Komentar